KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah senantiasa
melimpahkan Rahmat dan Hidayah- NYA sehingga kita semua dalam keadaan sehat
walafiat dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Penyusun juga panjatkan
kehadiran ALLAH SWT, Penulis menyadari betul sepenuhnya bahwa tanpa bantuan
dari berbagai pihak, makalah ini tidak akan terwujud dan masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis berharap saran
dan kritik demi perbaikan-perbaikan lebih lanjut.
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR
ISI...............................................................................................................................3
PENGERTIAN NASIONALISME..................................................................................................4
KEMUNCULAN NASIONALISME DI INDONESIA........................................................................4
PERKEMBANGAN PERGERAKAN NASIONAL............................................................................7
1. PENGERTIAN
NASIONALISME
Nasionalisme berasal
dari kata ”Nation” dalam bahasa Inggris yang berarti bangsa. Nation dalam
bahasa latin yang berarti kelahiran kembali, suku,
bangsa. Bangsa adalah sekelompok orang/ iman yang
mendiami wilayah tertentu dan memiliki hasrat dan kemauan bersama untuk bersatu
karena adanya persamaan nasib, cita-cita, kepentingan, dan tujuan yang sama.
Sehingga Nasionalisme dapat
diartikan:
·
Paham
yang menempatkan kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara
dan bangsa (pengertian menurut Hans Kohn)
·
Semangat/
perasaan kebangsaan, yaitu semangat/ perasaan cinta terhadap bangsa dan tanah
air.
·
Suatu
sikap politik dan sosial dari kelompok-kelompok suatu bangsa yang mempunyai
kesamaan kebudayaan, bangsa dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan
sehingga merasakan adanya kesetiaan mendalam terhadap kelompok bangsa itu.
2. KEMUNCULAN NASIONALISME DI INDONESIA
Sejak abad 19 dan abad
20 muncul benih-benih nasionalisme pada bangsa Asia Afrika khususnya Indonesia. Faktor-faktor yang
mempengaruhi munculnya nasionalisme :
1) Faktor dari dalam (internal)
a. Kenangan
kejayaan masa lampau
Bangsa-bangsa Asia dan
Afrika sudah pernah mengalami masa kejayaan sebelum masuk dan berkembangnya
imperialisme dan kolonialisme barat. Bangsa India, Indonesia, Mesir, dan Persia
pernah mengalami masa kejayaan sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Kejayaan
masa lampau mendorong semangat untuk melepaskan diri dari penjajahan. Bagi
Indonesia kenangan kejayaan masa lampau tampak dengan adanya kenangan akan
kejayaan pada masa kerajaan Majapahit dan Sriwijaya. Dimana pada masa
Majapahit, mereka mampu menguasai daerah seluruh nusantara, sedangkan masa
Sriwijaya mampu berkuasa di lautan karena maritimnya yang kuat.
b. Perasaan senasib dan
sepenanggungan akibat penderitaan dan kesengsaraan masa penjajahan
Penjajahan yang
dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa terhadap bangsa Asia, Afrika mengakibatkan
mereka hidup miskin dan menderita sehingga mereka ingin menentang imperialisme
barat.
c. Munculnya
golongan cendekiawan
Perkembangan pendidikan
menyebabkan munculnya golongan cendekiawan baik hasil dari pendidikan barat
maupun pendidikan Indonesia sendiri. Mereka menjadi penggerak dan pemimpin
munculnya organisasi pergerakan nasional Indonesia yang selanjutnya berjuang
untuk melawan penjajahan.
d. Paham
nasionalis yang berkembang dalam bidang politik, sosial ekonomi, dan kebudayaan
a)
Dalam
bidang politik, tampak dengan upaya gerakan nasionalis menyuarakan aspirasi
masyarakat pribumi yang telah hidup dalam penindasan dan penyelewengan hak
asasi manusia. Mereka ingin menghancurkan kekuasaan asing/kolonial dari
Indonesia.
b)
Dalam
bidang ekonomi, tampak dengan adanya usaha penghapusan eksploitasi ekonomi
asing. Tujuannya untuk membentuk masyarakat yang bebas dari kesengsaraan dan
kemelaratan untuk meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia.
c)
Dalam
bidang budaya, tampak dengan upaya untuk melindungi, memperbaiki dan
mengembalikan budaya bangsa Indonesia yang hampir punah karena masuknya budaya
asing di Indonesia. Para nasionalis berusaha untuk memperhatikan dan menjaga
serta menumbuhkan kebudayaan asli bangsa Indonesia.
2) Faktor
dari luar (eksternal)
a. Kemenangan
Jepang atas Rusia (1905)
1904-1905 Jepang melawan
Rusia dan tentara Jepang berhasil mengalahkan Rusia. Hal ini dikarenakan,
modernisasi yang dilakukan jepang yang telah membawa kemajuan pesat dalam
berbagai bidang bahkan dalam bidang militer. Awalnya dengan kekuatan yang
dimiliki tersebut Jepang mampu melawan
Korea tetapi kemudian dia melanjutkan ke Manchuria dan beberapa daerah di
Rusia.Keberhasilan Jepang melawan Rusia inilah yang mendorong lahirnya
semangat bangsa-bangsa Asia Afrika mulai bangkit melawan bangsa asing di
negerinya.
b. Perkembangan
Nasionalisme di Berbagai Negara
a) Pergerakan Kebangsaan
India
India untuk menghadapi
Inggris membentuk organisasi kebangsaan dengan nama ”All India National
Congres”. Tokohnya, Mahatma Gandhi, Pandit Jawaharlal Nehru, B.G. Tilak,dsb.
Mahatma Gandhi memiliki dasar perjuangan :
1. Ahimsa (dilarang
membunuh) yaitu gerakan anti peperangan
2. Hartal,
merupakan gerakan dalam bentuk asli tanpa berbuat apapun walaupun mereka tetapi
masuk kantor atau pabrik
3. Satyagraha merupakan
gerakan rakyat India untuk tidak bekerja sama dengan pemerintah kolonial
Inggris.
4. Swadesi merupakan
gerakan rakyat India untuk memakai barang-barang buatan negeri sendiri Selain
itu adanya pendidikan Santiniketan oleh Rabindranath Tagore
b) Gerakan
Kebangsaan Filipina
Digerakkan oleh Jose
Rizal dengan tujuan untuk mengusir penjajah bangsa Spanyol di Wilayah Filipina.
Jose ditangkap tanggal 30 September 1896 dijatuhi hukuman mati. Akhirnya
dilanjutkan Emilio Aquinaldo yang berhasil memproklamasikan kemerdekaan
Filipina tanggal 12 Juni 1898 tetapi Amerika Serikat berhasil menguasai
Filipina dari kemerdekaan baru diberikan Amerika Serikat pada 4
Juli 1946.
c) Gerakan
Nasionalis Rakyat Cina
Gerakan ini dipimpin
oleh Dr. Sun Yat Sen, yang mengadakan pembaharuan dalam segala sektor kehidupan
bangsa Cina. Dia menentang kekuasaan Dinasti Mandsyu. Dasar gerakan San
Min Chu I:
a. Republik
Cina adalah suatu negara nasional Cina
b. Pemerintah
Cina disusun atas dasar demokrasi (kedaulatan berada di tanggan rakyat.
c. Pemerintah
Cina mengutamakan kesejahteraan sosial bagi rakyatnya.
Apa yang dilakukan oleh
Dr. Sun Yat Sen sangat besar pengaruhnya terhadap pergerakan rakyat
Indonesia. Terlebih lagi
setelah terbentuknya Republik Nasionalis Cina (1911)
d) Pergerakan
Turki Muda (1908)
Dipimpin oleh Mustafa
Kemal Pasha menuntut pembaharuan dan modernisasi di segala sektor kehidupan
masyarakatnya. Ia ingin agar dapat mengembangkan negerinya menjadi negara
modern. Gerakan Turki Muda ini banyak mempengaruhi munculnya pergerakan
nasional di Indonesia.
e) Pergerakan
Nasionalisme Mesir
Dipimpin oleh Arabi
Pasha (1881-1882) dengan tujuan menentang kekuasaan bangsa Eropa terutama
Inggris atas negeri Mesir. Adanya pandangan modern dari Mesir yang dikemukakan
oleh Muhammad Abduh mempengaruhi berdirinya organisasi-organisasi keagamaan di
Indonesia seperti Muhammaddiyah.
Intinya dengan gerakan
kebangsaan dari berbagai negara tersebut mendorong negara-negara lain termasuk
Indonesia untuk melakukan hal yang sama yaitu melawan penjajahan dan
kolonialisme di Negaranya.
c. Munculnya Paham-paham
baru
Munculnya paham-paham
baru di luar negeri seperti nasionalisme, liberalisme, sosialisme, demokrasi
dan pan islamisme juga menjadi dasar berkembangnya paham-paham yang serupa di
Indonesia. Perkembangan paham-paham itu terlihat pada penggunaan
ideologi-ideologi (paham) pada organisasi pergerakan nasional yang ada di
Indonesia.
3. Perkembangan
Pergerakan Nasional
Masa pergerakan nasional di Indonesia
ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi pergerakan. Masa pergerakan
nasional (1908 - 1942), dibagi dalam tiga tahap berikut.
1.
Masa pembentukan (1908 - 1920) berdiri
organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij.
2.
Masa radikal/nonkooperasi (1920 - 1930),
berdiri organisasi seperti Partai Komunis Indonesia (PKI), Perhimpunan
Indonesia (PI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI)
3.
Masa moderat/kooperasi (1930 - 1942), berdiri
organisasi seperti Parindra, Partindo, dan Gapi. Di samping itu juga berdiri
organisasi keagamaan, organisasi pemuda, dan organisasi perempuan.
1). Budi Utomo (BU)
Pada tahun 1906 Mas Ngabehi Wahidin
Sudirohusodo, merintis mengadakan kampanye menghimpun dana pelajar (Studie
Fund) di kalangan priyayi di Pulau Jawa. Upaya dr. Wahidin ini bertujuan untuk
meningkatkan martabat rakyat dan membantu para pelajar yang kekurangan dana.
Dari kampanye tersebut akhirnya pada tanggal 20 Mei 1908 berdiri organisasi
Budi Utomo dengan ketuanya Dr. Sutomo. Organisasi Budi Utomo artinya usaha
mulia. Pada mulanya Budi Utomo bukanlah sebuah partai politik. Tujuan utamanya
adalah kemajuan bagi Hindia Belanda. Hal ini terlihat dari tujuan yang hendak
dicapai yaitu perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah, mendirikan badan wakaf
yang mengumpulkan tunjangan untuk kepentingan belanja anak-anak bersekolah,
membuka sekolah pertanian, memajukan teknik dan industri, menghidupkan kembali
seni dan kebudayaan bumi putera, dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan
dalam rangka mencapai kehidupan rakyat yang layak.
Kongres Budi Utomo yang pertama berlangsung
di Yogyakarta pada tanggal 3 Oktober – 5 Oktober 1908. Kongres ini dihadiri
beberapa cabang yaitu Bogor, Bandung, Yogya I, Yogya II, Magelang, Surabaya,
dan Batavia. Dalam kongres yang pertama berhasil diputuskan beberapa hal
berikut.
a. Membatasi jangkauan geraknya kepada penduduk Jawa dan Madura.
b. Tidak melibatkan diri dalam politik.
c. Bidang kegiatan adalah bidang pendidikan dan budaya.
d. Menyusun pengurus besar organisasi yang diketuai oleh R.T. Tirtokusumo.
e. Merumuskan tujuan utama Budi Utomo yaitu kemajuan yang selaras untuk negara dan bangsa.
a. Membatasi jangkauan geraknya kepada penduduk Jawa dan Madura.
b. Tidak melibatkan diri dalam politik.
c. Bidang kegiatan adalah bidang pendidikan dan budaya.
d. Menyusun pengurus besar organisasi yang diketuai oleh R.T. Tirtokusumo.
e. Merumuskan tujuan utama Budi Utomo yaitu kemajuan yang selaras untuk negara dan bangsa.
Terpilihnya R.T. Tirtokusumo yang seorang
bupati sebagai ketua rupanya dimaksudkan agar lebih memberikan kekuatan pada
Budi Utomo. Kedudukan bupati memberi dampak positif dalam rangka menggalang
dana dan keanggotaan dari Budi Utomo. Untuk usaha memantapkan keberadaan Budi
Utomo diusahakan untuk segera mendapatkan badan hukum dari pemerintah Belanda.
Hal ini terealisasi pada tanggal 28 Desember 1909, anggaran dasar Budi Utomo
disahkan. Dalam perkembangannya, di tubuh Budi Utomo muncul dua aliran berikut.
a)
Pihak kanan, berkehendak supaya keanggotaan
dibatasi pada golongan terpelajar saja, tidak bergerak dalam lapangan politik
dan hanya membatasi pada pelajaran sekolah saja.
b)
Pihak kiri, yang jumlahnya lebih kecil
terdiri dari kaum muda berkeinginan ke arah gerakan kebangsaan yang demokratis,
lebih memerhatikan nasib rakyat yang menderita.
Adanya dua aliran dalam tubuh Budi Utomo
menyebabkan terjadinya perpecahan. Dr. Cipto Mangunkusumo yang mewakili kaum
muda keluar dari keanggotaan. Akibatnya gerak Budi Utomo semakin lamban.
Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan semakin lambannya Budi Utomo.
a.
Budi Utomo cenderung memajukan pendidikan
untuk kalangan priyayi daripada penduduk umumnya.
b.
Lebih mementingkan pemerintah kolonial
Belanda dari pada kepentingan rakyat Indonesia.
c.
Menonjolnya kaum priyayi yang lebih
mengutamakan jabatan menyebabkan kaum terpelajar tersisih.
Ketika meletus Perang Dunia I tahun 1914,
Budi Utomo mulai terjun dalam bidang politik. Berikut ini beberapa bentuk peran
politik Budi Utomo.
a.
Melancarkan isu pentingnya pertahanan sendiri
dari serangan bangsa lain.
b.
Menyokong gagasan wajib militer pribumi.
c.
Mengirimkan komite Indie Weerbaar ke Belanda
untuk pertahanan Hindia.
d.
Ikut duduk dalam Volksraad (Dewan Rakyat).
e.
Membentuk Komite Nasional untuk menghadapi
pemilihan anggota volksraad.
Budi Utomo mampu menerbitkan majalah bulanan
Goeroe Desa yang memiliki kiprah masih terbatas di kalangan penduduk pribumi.
Sejalan dengan kemerosotan aktivitas dan dukungan pribumi pada Budi Utomo, maka
pada tahun 1935 Budi Utomo mengadakan fusi ke dalam Partai Indonesia Raya
(Parindra). Sejak itu BU terus mengalami kemerosotan dan mundur dari arena
politik.
2). Sarekat Islam (SI)
Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah
perkumpulan para pedagang yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun
1911, SDI didirikan di kota Solo oleh H. Samanhudi sebagai suatu koperasi
pedagang batik Jawa. Garis yang diambil oleh SDI adalah kooperasi, dengan
tujuan memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam. Keanggotaan
SDI masih terbatas pada ruang lingkup pedagang, maka tidak memiliki anggota
yang cukup banyak. Oleh karena itu agar memiliki anggota yang banyak dan luas
ruang lingkupnya, maka pada tanggal 18 September 1912, SDI diubah menjadi SI
(Sarekat Islam).
a.
Organisasi Sarekat Islam (SI) didirikan oleh
beberapa tokoh SDI seperti H.O.S Cokroaminoto, Abdul Muis, dan H. Agus Salim.
Sarekat Islam berkembang pesat karena bermotivasi agama Islam. Latar belakang
ekonomi berdirinya Sarekat Islam adalah:
perlawanan terhadap para pedagang perantara (penyalur) oleh orang Cina,
perlawanan terhadap para pedagang perantara (penyalur) oleh orang Cina,
b.
isyarat pada umat Islam bahwa telah tiba
waktunya untuk menunjukkan kekuatannya, dan
c.
membuat front melawan semua penghinaan
terhadap rakyat bumi putera.
Tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan
anggaran dasarnya adalah:
a.
mengembangkan jiwa berdagang,
b.
memberi bantuan kepada anggotanya yang
mengalami kesukaran,
c.
memajukan pengajaran dan semua yang
mempercepat naiknya derajat bumi putera,
d.
menentang pendapat-pendapat yang keliru
tentang agama Islam,
e.
tidak bergerak dalam bidang politik, dan
f.
menggalang persatuan umat Islam hingga saling
tolong menolong.
Kecepatan tumbuhnya SI bagaikan meteor dan
meluas secara horizontal. SI merupakan organisasi massa pertama di Indonesia.
Antara tahun 1917 sampai dengan 1920 sangat terasa pengaruhnya di dalam politik
Indonesia. Untuk menyebarkan propaganda perjuangannya, Sarekat Islam
menerbitkan surat kabar yang bernama Utusan Hindia.
Pada tanggal 29 Maret 1913, para pemimpin SI
mengadakan pertemuan dengan Gubernur Jenderal Idenburg untuk memperjuangkan SI
berbadan hukum. Jawaban dari Idenburg pada tanggal 29 Maret 1913, yaitu SI di
bawah pimpinan H.O.S Cokroaminoto tidak diberi badan hukum. Ironisnya yang
mendapat pengakuan pemerintah kolonial Belanda (Gubernur Jenderal Idenburg)
justru cabang-cabang SI yang ada di daerah. Ini suatu taktik pemerintah
kolonial Belanda dalam memecah belah persatuan SI. Bayangan perpecahan muncul
dari pandangan yang berbeda antara H.O.S Cokroaminoto dengan Semaun mengenai
kapitalisme. Menurut Semaun yang memiliki pandangan sosialis, bergandeng dengan
kapitalis adalah haram. Dalam kongres SI yang dilaksanakan tahun 1921,
ditetapkan adanya disiplin partai rangkap anggota. Setiap anggota SI tidak
boleh merangkap sebagai anggota organisasi lain terutama yang beraliran
komunis. Akhirnya SI pecah menjadi dua yaitu SI Putih dan SI Merah.
a.
SI Putih, yang tetap berlandaskan
nasionalisme dan Islam. Dipimpin oleh H.O.S. Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan
Suryopranoto yang berpusat di Yogyakarta.
b.
SI Merah, yang berhaluan sosialisme kiri
(komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang berpusat di Semarang.
Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih berganti
nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi
menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Sementara itu, SI
Sosialis/Komunis berganti nama menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang merupakan
pendukung kuat Partai Komunis Indonesia (PKI).
IP didirikan pada tanggal 25 Desember 1912 di
Bandung oleh tokoh Tiga Serangkai, yaitu E.F.E Douwes Dekker, Dr. Cipto
Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat. Pendirian IP ini dimaksudkan untuk
mengganti Indische Bond yang merupakan organisasi orang-orang Indo dan Eropa di
Indonesia. Hal ini disebabkan adanya keganjilan-keganjilan yang terjadi
(diskriminasi) khususnya antara keturunan Belanda totok dengan orang Belanda
campuran (Indo). IP sebagai organisasi campuran menginginkan adanya kerja sama
orang Indo dan bumi putera. Hal ini disadari benar karena jumlah orang Indo
sangat sedikit, maka diperlukan kerja sama dengan orang bumi putera agar
kedudukan organisasinya makin bertambah kuat.
4). Partai Komunis Indonesia (PKI)
Partai Komunis Indonesia (PKI) secara resmi
berdiri pada tanggal 23 Mei 1920. Berdirinya PKI tidak terlepas dari ajaran
Marxis yang dibawa oleh Sneevliet. Ia bersama teman-temannya seperti
Brandsteder, H.W Dekker, dan P. Bergsma, mendirikan Indische Social
Democratische Vereeniging (ISDV) di Semarang pada tanggal 4 Mei 1914.
Tokoh-tokoh Indonesia yang bergabung dalam ISDV antara lain Darsono, Semaun,
Alimin, dan lain-lain. PKI terus berupaya mendapatkan pengaruh dalam
masyarakat. Salah satu upaya yang ditempuhnya adalah melakukan infiltrasi dalam
tubuh Sarekat Islam. Infiltrasi dapat dengan mudah dilakukan karena ada
beberapa faktor berikut.
a.
Adanya kemelut dalam tubuh SI, di mana
pemerintah Belanda lebih memberi pengakuan kepada cabang Sarekat Islam lokal.
b.
Adanya disiplin partai dalam SI, di mana
anggota SI yang merangkap anggota ISDV harus keluar dari SI. Akibatnya SI
terpecah menjadi SI Merah dan SI Putih.
Setelah berhasil menyusup dalam tubuh SI,
jumlah anggota PKI semakin besar. PKI berkembang pesat. Berikut ini ada
beberapa faktor yang menyebabkan PKI berkembang pesat.
a.
Propagandanya yang sangat menarik.
b.
Memiliki pemimpin yang berjiwa kerakyatan.
c.
Pandai merebut massa rakyat yang tergabung
dalam partai lain.
d.
Sikapnya yang tegas terhadap pemerintah
kolonial dan kapitalis.
e.
Di kalangan rakyat terdapat harapan bahwa PKI
bisa menggantikan Ratu Adil.
Organisasi PKI makin kuat ketika pada bulan
Februari 1923 Darsono kembali dari Moskow. Ditambah dengan tokoh-tokoh Alimin
dan Musso, maka peranan politik PKI semakin luas. Pada tanggal 13 November
1926, Partai Komunis Indonesia mengadakan pemberontakan di Jakarta, Jawa Barat,
Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pemberontakan ini sangat sia-sia karena massa sama
sekali tidak siap di samping organisasinya masih kacau. PKI telah mengorbankan
ribuan orang yang termakan hasutan untuk ikut serta dalam pemberontakan. Dampak
buruk lainnya yang menimpa para pejuang pergerakan di tanah air adalah berupa
pengekangan dan penindasan yang luar biasa dari pemerintah Belanda sehingga
sama sekali tidak punya ruang gerak. Walaupun PKI dinyatakan sebagai partai
terlarang tetapi secara ilegal mereka masih melakukan kegiatan politiknya.
5). Partai Nasional Indonesia (PNI)
Berdirinya partai-partai dalam pergerakan
nasional banyak berawal dari studie club. Salah satunya adalah Partai Nasional
Indonesia (PNI). Partai Nasional Indonesia (PNI) yang lahir di Bandung pada
tanggal 4 Juli 1927 tidak terlepas dari keberadaan Algemeene Studie Club.
Lahirnya PNI juga dilatarbelakangi oleh situasi sosio politik yang kompleks.
Pemberontakan PKI pada tahun 1926 membangkitkan semangat untuk menyusun
kekuatan baru dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda. Rapat pendirian
partai ini dihadiri Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Soedjadi, Mr. Iskaq
Tjokrodisuryo, Mr. Budiarto, dan Mr. Soenarjo. Pada awal berdirinya, PNI
berkembang sangat pesat karena didorong oleh faktor-faktor berikut.
a. Pergerakan yang ada lemah sehingga kurang bisa
menggerakkan massa.
b. PKI sebagai partai massa telah dilarang.
c. Propagandanya menarik dan mempunyai orator ulung yang bernama Ir. Soekarno (Bung Karno).
b. PKI sebagai partai massa telah dilarang.
c. Propagandanya menarik dan mempunyai orator ulung yang bernama Ir. Soekarno (Bung Karno).
Untuk mengobarkan semangat perjuangan
nasional, Bung Karno mengeluarkan Trilogi sebagai pegangan perjuangan PNI.
Trilogi tersebut mencakup kesadaran nasional, kemauan nasional, dan perbuatan
nasional. Tujuan PNI adalah mencapai Indonesia merdeka. Untuk mencapai tujuan
tersebut, PNI menggunakan tiga asas yaitu self help (berjuang dengan usaha
sendiri) dan nonmendiancy, sikapnya terhadap pemerintah juga antipati dan
nonkooperasi. Dasar perjuangannya adalah marhaenisme. Kongres Partai Nasional
Indonesia yang pertama diadakan di Surabaya, tanggal 27 – 30 Mei 1928. Kongres
ini menetapkan beberapa hal berikut.
1.
Susunan program yang meliputi:
a.
bidang politik untuk mencapai Indonesia
merdeka,
b.
bidang ekonomi dan sosial untuk memajukan
pelajaran nasional.
2.
Menetapkan garis perjuangan yang dianut
adalah nonkooperasi.
3.
Menetapkan garis politik memperbaiki keadaan
politik, ekonomi dan sosial dengan kekuatan sendiri, antara lain dengan
mendirikan sekolah-sekolah, poliklinik-poliklinik, bank nasional, perkumpulan
koperasi, dan sebagainya.
Peranan PNI dalam pergerakan nasional
Indonesia sangat besar. Menyadari perlunya pernyataan segala potensi rakyat,
PNI memelopori berdirinya Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik
Kebangsaan Indonesia (PPPKI). PPPKI diikuti oleh PSII (Partai Sarekat Islam
Indonesia), Budi Utomo, Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum Betawi, Indonesische
Studi Club, dan Algemeene Studie Club. Berikut ini ada dua jenis tindakan yang
dilaksanakan untuk memperkokoh diri dan berpengaruh di masyarakat.
1.
Ke dalam, mengadakan usaha-usaha dari dan
untuk lingkungan sendiri seperti mengadakankursus-kursus, mendirikan sekolah,
bank dan sebagainya.
2.
Keluar, dengan memperkuat opini publik
terhadap tujuan PNI antara lain melalui rapat-rapat umum dan penerbitan surat
kabar Banteng Priangan di Bandung, dan Persatuan Indonesia di Jakarta.
Kegiatan PNI ini cepat menarik massa dan hal
ini sangat mencemaskan pemerintah kolonial Belanda. Pengawasan terhadap
kegiatan politik dilakukan semakin ketat bahkan dengan tindakantindakan
penggeledahan dan penangkapan. Dengan berkembangnya desas desus bahwa PNI akan
mengadakan pemberontakan, maka empat tokoh PNI yaitu Ir. Soekarno, R. Gatot
Mangkuprojo, Markun Sumodiredjo, dan Supriadinata ditangkap dan dijatuhi
hukuman oleh pengadilan Bandung. Dalam proses peradilan itu, Ir. Soekarno
dengan kepiawaiannya melakukan pembelaan yang diberi judul “Indonesia
Menggugat”. Penangkapan terhadap para tokoh pemimpin PNI merupakan pukulan
berat dan menggoyahkan keberlangsungan partai. Dalam suatu kongres luar biasa
yang diadakan di Jakarta pada tanggal 25 April 1931, diambil keputusan untuk
membubarkan PNI. Pembubaran ini menimbulkan pro dan kontra. Mr. Sartono
kemudian mendirikan Partindo. Mereka yang tidak setuju dengan pembubaran masuk
dalam Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru) yang didirikan oleh Drs.
Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir. Baik Partindo maupun PNI Baru, masih memakai
asas PNI yang lama yaitu self help dan nonkooperasi. Namun di antara keduanya
terdapat perbedaan dalam hal strategi perjuangan. PNI Baru lebih mengutaman
pendidikan politik dan sosial, sedangkan Partindo mengutamakan aksi massa
sebagai senjata yang tepat untuk mencapai kemerdekaan.
Perkumpulan pemuda yang pertama berdiri
adalah Tri Koro Dharmo. Organisasi ini berdiri pada tanggal 7 Maret 1915 di
Jakarta atas petunjuk Budi Utomo. Diprakarsai oleh dr. Satiman Wirjosandjojo,
Kadarman, dan Sunardi. Mereka mufakat untuk mendirikan organisasi kepemudaan
yang anggotanya berasal dari siswa sekolah menengah di Jawa dan Madura.
Perkumpulan ini diberi nama Tri Koro Dharmo yang berarti tiga tujuan mulia
(sakti, budhi, bakti). Dalam perkembangannya, Tri Koro Dharmo membuka cabang di
Surabaya. Dalam rangka mengefektifkan perjuangan, diterbitkan sebuah majalah
yang juga diberi nama Tri Koro Dharmo. Berikut ini tujuan Tri Koro Dharmo
secara nyata dalam anggaran dasarnya.
a.
Ingin menghidupkan persatuan dan kesatuan, di
antara pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan Lombok.
b.
Kerja sama dengan semua organisasi pemuda
guna membentuk ke-Indonesiaan. Keanggotannya terbatas pada para pemuda Jawa,
Sunda, Madura, Bali dan Lombok.
Tri Koro Dharmo memiliki asas-asas seperti berikut.
·
Menimbulkan pertalian antara murid-murid bumi
putera pada sekolah dan kursus perguruan kejuruan.
·
Menambah pengetahuan umum bagi
anggota-anggotanya.
·
Membangkitkan dan mempertajam bahasa dan
budaya Indonesia.
Organisasi kepemudaan lainnya yang bersifat
kedaerahan banyak bermunculan seperti Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Jong
Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon, Jong Celebes, Timorees Ver Bond, PPPI
(Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia), Pemuda Indonesia, Jong Islamienten
Bond, kepanduan, dan sebagainya. Di samping gerakan para pemuda, kaum wanita
juga tidak mau ketinggalan. Pergerakan wanita dipelopori oleh R.A.Kartini dari
Jepara dengan mendirikan Sekolah Kartini. Perkumpulan wanita yang didirikan
sebelum tahun 1920 antara lain Putri Mardika yang didirikan atas bantuan Budi
Utomo. Perkumpulan ini bertujuan untuk memajukan pengajaran terhadap anak-anak
perempuan dengan cara memberi penerangan dan bantuan dana, mempertinggi sikap
yang merdeka, dan melenyapkan tindakan malu-malu yang melampaui batas.
Perkumpulan Kautamaan Istri didirikan pada
tahun 1913 di Tasikmalaya, lalu pada tahun 1916 di Sumedang, Cianjur, dan tahun
1917 di Ciamis, menyusul di Cicurug tahun 1918. Tokoh Kautamaan Istri yang
terkenal adalah Raden Dewi Sartika, seorang pengajar Kautamaan Istri di tanah
Pasundan. Di Yogyakarta pada tahun 1912 didirikan perkumpulan wanita yang
benafaskan Islam dengan nama Sopa Tresna, yang kemudian pada tahun 1914 menjadi
bagian wanita dari Muhammadiyah dengan nama Aisyah. Di Yogyakarta selain Aisyah
juga ada perkumpulan wanita yang bernama Wanito Utomo, yang mulai memasukkan
perempuan ke dalam kegiatan dasar pekerjaan ke arah emansipasi.
seorang tokoh wanita yaitu Ibu Maria Walanda
Maramis dari Minahasa. Beliau mendirikan perkumpulan yang bernama Percintaan
Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT) pada tahun 1917. PIKAT dalam kegiatannya
mendirikan Sekolah Kepandaian Putri.
Dalam perkembangannya, perkumpulan-perkumpulan
wanita itu melaksanakan kongres yang dikenal dengan ‘Kongres Perempuan
Indonesia”.
7). Sumpah Pemuda
Sumpah pemuda, tidak dapat lepas dari
organisasi kepemudaan yang bernama PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia)
yang didirikan pada tahun 1926. PPPI mendapat dukungan dari sejumlah organisasi
kepemudaan seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun,
Jong Minahasa, Jong Batak, dan Jong Islamienten Bond dengan penuh keyakinan
ingin mencapai tujuannya yaitu persatuan Indonesia. Para pemuda ini
menginginkan suatu upaya penyatuan peletakan dasar untuk kemerdekaan dengan
menentang ketidakadilan yang dialami selama masa penjajahan. Pertemuan awal
dilaksanakan tanggal 15 November 1925 dengan membentuk panitia Kongres Pemuda
I, yang bertugas menyusun tujuan kongres. Diputuskan pelaksanaan kongres I
mulai tanggal 30 April sampai dengan 2 Mei 1926.
Tujuan Kongres Pemuda I adalah membentuk
badan sentral, memajukan paham persatuan kebangsaan, dan mempererat hubungan di
antara semua perkumpulan pemuda kebangsaan. Hal yang menjadi agenda pembicaraan
adalah tentang usulan bahasa Indonesia yaitu bahasa Melayu sebagai bahasa
persatuan. Mengenai usulan fusi untuk semua perkumpulan pemuda, tidak ada
keputusan. Setelah berlangsungnya kongres pertama, para pemuda semakin tergerak
untuk menindaklanjuti dengan melakukan kongres berikutnya. Oleh karena itu,
setelah diawali pertemuan pendahuluan terbentuklah susunan panitia seperti
berikut.
Ketua : Sugondo Joyopuspito
Wakil ketua : Djoko Marsaid
Sekretaris : Mohammad Yamin
Bendahara : Amir Syarifudin
Pembantu : Djohan Tjain, Kotjo Sungkono, Senduk, J. Leimena, Rohjani.
Ketua : Sugondo Joyopuspito
Wakil ketua : Djoko Marsaid
Sekretaris : Mohammad Yamin
Bendahara : Amir Syarifudin
Pembantu : Djohan Tjain, Kotjo Sungkono, Senduk, J. Leimena, Rohjani.
Kongres Pemuda II berlangsung sejak tanggal
27 Oktober 1928 dan berakhir tanggal 28 Oktober 1928. Kongres Pemuda II diadakan
sebanyak tiga kali rapat.
a.
Rapat pertama, di gedung Katolik Jonglingen
Bond di Waterloopein.
b.
Rapat kedua, tanggal 28 Oktober pagi, di
gedung Oost Java Bioscoop, di Koningsplein Noord.
c.
Rapat ketiga, tanggal 28 Oktober malam, di
gedung Indonesische Clubhuis di Jl. Kramat Raya 106 Jakarta.
Di ruang utama gedung Indonesische Clubhuis
(rumah perkumpulan Indonesia), yang sejak tanggal 20 Mei 1974 ditetapkan
sebagai gedung Sumpah Pemuda, Sugondo Joyopuspito membacakan hasil keputusan
Kongres (Mail Report No. 1066x/28 No. J/302-Eigenhandig) sebagai berikut:
Kongres menetapkan ikrar/sumpah pemuda yang
selanjutnya menjadi landasan perjuangan untuk mencapai Indonesia merdeka. Pada
malam itu juga, untuk pertama kali diperdengarkan lagu Indonesia Raya oleh
penggubahnya Wage Rudolf Supratman. Sebagai tindak lanjut dari Sumpah Pemuda
1928, pada tanggal 24 - 28 Desember 1928 di Yogyakarta para pemuda menyepakati
pembentukan Komisi Besar Indonesia Muda (KBIM). Tugas komisi ini adalah
mempersiapkan terbentuknya satu wadah bagi semua Pemuda Indonesia. Hasil kerja
komisi ini terlihat dalam kongres pemuda di Surakarta pada tanggal 31 Desember
1936 yang berhasil membentuk organisasi Indonesia Muda (IM), yang merupakan
fusi (peleburan) dari berbagai organisasi pemuda di Indonesia. Asas IM adalah
kebangsaan Indonesia dan bertujuan untuk mewujudkan Indonesia Raya. Para
anggota IM dilarang bekerja sama dengan pemerintah Belanda (bersifat
nonkooperatif).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar